Ghazwul Fikri dan Upaya Membentengi Umat

  1. A.    Ghazwul Fikri

            Ghazwul fikri secara bahasa berarti perang pemikiran, secara lebih khusus bisa diakatakan serbuan pemikiran, sebab ghazwul fikri lebih merupakan serangan sepihak. Dengan ghazwul fikri seorang muslim tidak perlu keluar dari agamanya, tapi mengikuti pandangan dan prinsip hidup yang jauh dari nilai-nilai Islam.

Ghazwul fikri telah dilakukan oleh para orientalis Barat sejak beberapa ratus tahun yang lalu sebagai warisan dari perang salib dan kolonialisasi alias penjajahan yang mereka lancarkan di Negara-negara muslim. Tujuannya adalah untuk memperlemah akidah, ghirah, dan kecintaan umat Islam terhadap agama Islam. Dengan lemahnya umat Islam, mereka mudah memecah belah dan menguasai (devide et impera) alias menjajah semua segi kehidupan umat Islam. Akhirnya, umat Islam akan turut ke mana angin dihembuskan oleh penjajahnya.

Perang pemikiran menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia. Tidak hanya mengenai masalah-masalah ilmu pengetahuan, tapi juga seluruh dimensi kehidupan diawali dengan pemikiran itu sendiri. Salah satu upaya penjajah itu adalah memasukkan pemahaman bahwa Islam itu hanya sebatas ibadah mahdhah, titik! Tidak ada ekonomi dalam Islam, tidak ada politik dalam Islam, dan sebagainya, sehingga mereka leluasa menyusupkan ideologinya-baik kapitalisme maupun komunisme ke dalam memori-memori umat Islam. Mereka pisahkan antara dunia dan akhirat, masing-masing dari keduanya tidak berhubungan dan tidak saling mempengaruhi.

Sejak masuknya sekularisme ke dunia Islam, baik melalui kolonialisme maupun interaksi budaya, dunia pemikiran Islam hampir tak pernah tenang dan tenteram. Polemik dan benturan pemikiran senantiasa mewarnai perjalanan peradaban Islam. Hampir setiap negeri muslim menyimpan sekurang-kurangnya dua kubu pemikiran: kubu Islam dan kubu sekuler. Misalnya di Mesir, perdebatan dalam bidang pemikiran terkadang sampai ke tingkat serius. Dahulu, ada Ali Abdul Raziq, penulis kitab al islam wa Ushul al Hukum. Ia diajukan ke sidang Dewan Guru Besar Al Azhar akibat karyanya yang menafikan peran politik rasulullah saw.  Di Indonesia pun serupa, pergulatan pemikiran antara kubu Islam dan kubu sekular terjadi. Misalnya pada zaman kemerdekaan, kubu Islam yang dipelopori oleh M. Natsir dengan Partai Masyumi-nya atau Kartosoewirjo dengan gerakan NII-nya yang menginginkan agar Indonesia berdasarkan syariat Islam, dan kubu Nasionalis sekular yang menentang Indonesia berdasarkan syariat Islam, yang akhirnya membuahkan keberhasilan yaitu menghapus 7 kata dalan piagam Jakarta (Dengan Kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya). Kubu sekular dengan berbagai dalilnya mengatakan bahwa Indonesia adalah Negara pluralis yang terdiri dari berbagai agama tidak cocok jika berdasarkan syariat Islam. Padahal jika dilihat dari teksnya saja, sama sekali tidak ada hak yang terenggut dari penganut non muslim, karena di piagam Jakarta disebutkan ”Kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”, orang Kristen tidak akan dipaksa untuk menggunakan jilbab, ataupun disuruh shalat. Karena Islam sendiripun melarang umatnya untuk memaksa masuk Islam, bahkan di al quran disebutkan, untukku agamaku untukmu agamamu.

Pada era reformasipun pergulatan pemikiran antara Islam dan Sekularisme masih terjadi bahkan lebih dahsyat lagi, akibat euforia reformasi yang membakar sebagian besar masyarakat Indonesia, lahirlah gerakan-gerakan baru baik dari kubu Islam ataupun kubu sekuler, seperti munculnya ormas-ormas bernuansa Islam, partai politik Islam, organisasi mahasiswa Islam seperti KAMMI, LDK di berbagai kampus. Tapi di kubu sekularpun lahir gerakan-gerakan berbahaya bagi pemikiran dan akidah umat Islam. Misalnya Jaringan Islam Liberal yang dipelopori oleh Ulil Abshor Abdala yang merisaukan umat Islam dengan Fikih Lintas agamanya, atau pendapat-pendapat para aktivisnya yang menghalalkan homo seksual seperti Musdah Mulia.

Bila ditelusuri akar permasalahannya, kita dapat menemukan bahwa ada dua kekuatan besar yang bertarung di panggung pemikiran; Islam melawan sekularisme. Islam adalah pemikiran asli pribumi sedangkan sekularisme adalah pendatang dan sekaligus penjajah karena datang memang bersamaan dengan kolonial. Pemikiran yang melandasi pola berpikir kaum muslimin seharusnya pemikiran Islam yang mengacu kepada Al quran dan sunnah. Akan tetapi, ketika barat menjajah negeri-negeri Islam, mereka turut menyebarkan paham sekularisme yang merupakan mainstream mereka. Meskipun kemerdekaan telah direbut dari tangan penjajah dan beralih ke tangan pribumi, kemerdekaan itu semu. Negara kita masih bergantung kepada negara lain, seperti dalam hal teknologi dan industri adalah produk impor. Yang lebih parah, kita masih mengikuti Barat dalam arah, aliran dan sistemnya, yaitu dalam politik dan pemikiran. Kita menjadikan Barat sebagai kiblat dalam hukum dan ekonomi kita, dalam pemikiran dan kebudayaan kita, baik liberalism maupun sosialisme. Hasil pengekoran kepada Barat dalam pemikiran adalah kehampaan rohani, keguncangan akidah, kegelisahan jiwa, dan kebingungan akal yang menimpa generasi penerus di negara-negara muslim.

Secara umum, saat ini di dunia hanya ada 3 kekuatan idelogi:

  1. Ideologi liberalisme (turunan dari kapitalisme) yang dipelopori oleh  Barat atau yang dinamakan dengan dunia bebas, yang mempunyai banyak aliran dan penerapan, seperti ekonomi liberal, Feminisme, kesetaraan gender, dll.
  2. Ideologi sosialisme yang dipelopori oleh pengikut Karl Marx, yang terbagi menjadi banyak aliran dan penerapannya.
  3. Ideologi Islam, Konsep ini bukan lahir atas pikiran manusia, melainkan wahyu dari Allah.

Adapun ideologi lain selain ketiga ini hanyalah sebagai cabang dan perluasan dari idelogi-ideologi ini.

Perang pemikiran yang dilancarkan musuh-musuh Islam tidak lepas dari dukungan Informasi dan pengetahuan yang sebagian besar dikuasai oleh musuh-musuh Islam. Sebagai contoh, dewasa ini, generasi muda kaum muslim sedang dijangkiti wabah fenomena boy band dan girl band ataupun yang terbaru adalah tarian kuda ala gangnam style yang merupakan pengaruh budaya korea selatan. Dapat dikatakan wabah ini terjadi akibat dari kecanggihan rekayasa informasi global. Menurut Peter F Drucker, informasi telah berhasil memaksakan selera dan idola bagi masyarakat dunia, bahkan informasi yang bersifat global mampu melemahkan dan menghancurkan identitas nasional dan menggantikannya dengan identitas kebudayaan baru. Sehingga informasi (pengetahuan) menjadi faktor penentu bagi eksistensi masyarakat baru yang dikatakan Drucker sebagai “masyarakat pascakapitalis”. Dalam masyarakat pascakapitalis sumber ekonomi dasar bukan lagi modal, sumber daya alami bukan pula tenaga kerja, tetapi pengetahuan.

Arus informasi yang tidak berimbang dan terkesan satu arah: dari Negara-negara maju (yang umumnya Negara-negara sekular yang memusuhi Islam) ke negara dunia ketiga (negara-negara berkembang, kebanyakan negara-negara muslim tergolong negara berkembang) membuat negara-negara maju leluasa melakukan rekayasa informasi global dan memaksakan nilai-nilai dan budayanya. Hegemoni informasi global kubu sekular ini mempunyai peranan besar dalam membentuk sebuah opini di masyarakat. Peristiwa  11 September 2001 lalu, Amerika sukses membentuk opini masyarakat dunia dengan slogannya war on terror terhadap Jihad. Amerika memposisikan bahwa Islam adalah musuh bersama. Senada dengan yang terjadi di negara kita, isu terorisme yang sering diangkat di media yang cenderung memposisikan Islam sebagai terdakwa. Sering kali kita jumpai di pemberitaan terkait teroris pasti selalu dikaitkan dengan jihad. Sehingga opini yang terbentuk dimasyarakat teroris itu identik dengan jihad, jilbab, jenggot. Padahal itu semua merupakan sebuah ajaran Islam yang mulia.

Dibandingkan dengan perang fisik atau militer, maka perang pemikiran memiliki beberapa keunggulan:

  1. Dana yang dibutuhkan tidak sebesar dana yang diperlukan untuk perang fisik
  2. Sasaran tidak terbatas
  3. Serangannya dapat mengenai siapa saja, dimana saja dan kapan saja
  4. Tidak ada korban dari pihak penyerang
  5. Sasaran yang diserang tidak merasakan bahwa sesungguhnya dirinya dalam kondisi diserang
  6. Dampak yang dihasilkan sangat fatal dan berjangka panjang

Tujuan dari perang pemikiran diantaranya:

1. Perusakan akhlak

Dengan berbagai media musuh-musuh Islam melancarkan program-program yang bertujuan merusak akhlak generasi muslim. Medianya bisa berupa majalah, TV dan musik. Dalam media itu seringkali ditampilkan tokoh-tokoh terkenal yang pola hidupnya jelas-jelas jauh dari nilai-nilai Islam, mulai dari cara berpakaian, gaya hidup dan ucapan-ucapan yang mereka lontarkan. Akibatnya generasi muda mengidolakan mereka. Fenomena cheribelle dan smash di tanah air saat ini misalnya.

2. Perusakan pola pikir.

Melalui media juga mereka menyajikan berita yang tidak jelas kebenarannya, melakukan penyesatan opini. Seringkali mereka memojokkan posisi kaum muslimin. Di Indonesia sendiri, dunia pertelevisian dikuasai sekurang-kurangnya oleh 3 kekuatan politik sekular (HT,CT,ARB), walaupun kadar sekularnya saja yang berbeda. Tetapi yang terlihat paling menonjol dalam melakukan penyesatan opini terhadap kaum muslimin adalah Metro TV. Pemberitaan terkait fitnah terhadap rohis yang mengatakan bahwa rohis adalah generasi muda teroris telah sukses menyesatkan sebagian orang tua siswa yang melarang anaknya aktif di rohis.

3. Sekularisasi pendidikan

Hampir di seluruh negeri muslim berdiri model pendidikan sekolah yang lepas dari nilai-nilai keagamaan. Mereka sengaja memisahkan antara agama dengan ilmu pengetahuan di sekolah. Sehingga muncullah generasi-generasi terdidik yang jauh dari agamanya. Ironisnya, virus sekularismepun sudah menjangkiti institusi pendidikan Islam seperti UIN, bahkan bisa dikatakan saat ini UIN merupakan sarang dari JIL. Terutama di fakultas-fakultas syari’ah, karena pendidiknya banyak lulusan dari Amerika. Mereka belajar islam pada para orientalis, sehingga keliru dalam memahami Islam. Penggantian logo UIN Jakarta merupakan tanda dari sekularisasi pendidikan.

4. Pemurtadan

Maraknya kristenisasi di tanah air dengan cara menawarkan bantuan ekonomi, mulai dari bahan makanan, rumah, jabatan, sekolah dan lainnya untuk menggoyahkan iman orang-orang Islam.

Dalam konferensi al Quds untuk para pastor pada tahun 1935, Samuel Zwemer mengatakan: ”sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Tetapi menjauhkan mereka dari agamanya (al Quran dan Sunnah). Sehingga mereka menjadi orang-orang yang putus hubungan dengan Tuhannya dan sesamanya (saling bermusuhan), menjadi terpecah belah dan jauh dari persatuan. Dengan demikian kalian telah menyiapkan generasi-generasi baru yang akan memenangkan kalian dan menindas kaum mereka sendiri sesuai dengan tujuan kalian”.

Sebagai kaum muslimin kita merasa prihatin ketika menyaksikan berbagai penyebaran opini yang menyesatkan justru dilakukan oleh orang-orang yang bergelar kiai haji atau dikenal sebagai tokoh Islam. Jika penyebaran opini ini dilakukan oleh mereka yang non muslim bukanlah sesuatu hal yang aneh, karena di dalam al quran pun disebutkan bahwa kaum yahudi dan nasrani itu tidak akan pernah ridha dan rela sampai kaum muslimin mengikuti agama mereka.

B.     Upaya Membentengi Umat

Sebagai kaum muslimin yang bersyahadat sudah sepatutnya kita menjadikan Islam sebagai pedoman dan petunjuk bagi masyarakat dalam setiap bidang, baik materi maupun maknawi. Akidah masyarakat haruslah akidah Islam, syiarnya adalah syiar Islam, pemikirannya adalah pemikiran Islam, akhlak dan pendidikannya berlandaskan Islam, dan perundang-undangannya adalah  perundang-undangan Islam.

1. Aspek Rohani dan Moral

Sebagai Agama yang sempurna, Islam memberi perhatian terhadap jasmani manusia, agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sehat dan kuat. Islam juga memberi perhatian kepada rohani manusia. Makanan rohani adalah ilmu yang bermanfaat, iman yang benar, ibadah yang ikhlas, dan akhlak yang baik. Dalam Islam semua itu diatur, Tinggal kita apakah mau memenuhi kebutuhan rohani atau tidak. Untuk membentengi umat ada beberapa hal yang perlu dipahamkan pada masyarakat:

  • Menghidupkan makna-makna syahadat.
  • Mendidik umat agar bertaqwa kepada Allah
  • Menetapkan nilai-nilai akhlak yang murni yang bersumber pada al quran dan sunnah
  • Bangga dengan ajaran Islam, yang berupa akidah, syariat, peradaban, dan peraturan hidup
  • Menjaga syiar-syiar Islam
  • Menghidupkan fungsi masjid
  • Melawan bid’ah dan kebathilan.

2. Aspek Keilmuan

Allah memuliakan manusia dengan akal dan kemampuan untuk belajar dan menjadikan ilmu sebagai penunjang kepemimpinan manusia di bumi. Islam datang dengan anjuran agar manusia berpikir, melakukan analisis, dan melarang untuk sekadar ikut-ikutan atau taklid. Islam mewajibkan berpikir dan belajar sebagai dua aktivitas yang diwajibkan untuk pemeluknya.  Sistem dan proses pendidikan harus didasarkan pada hal-hal berikut:

  • Memvariasikan ragam belajar agar mencakup segala bidang, baik agama maupun umum, sastra maupun teknologi, dan mengupayakan analisis berbagai ilmu secara mendalam sehingga lahirlah cendekiawan muslim andal yang memiliki spesialisasi dalam berbagai bidang
  • Materi Islam harus menjadi materi pokok dalam semua tingkatan sekolah.
  • Menyiapkan pengajar-pengajar yang shalih dan professional, yang mampu menciptakan kurikulum yang baik dan menyiapkan buku panduan yang sesuai dengan dunia nyata.
  • Tujuan pendidikan harus berdasarkan asas pembentukan manusia yang shalih, yaitu:

¨      Membentuk pribadi muslim yang utuh dan khas (syakhsiyah Islamiyah mutakamilah)

¨      Menjadi da’i yang andal dan murobi teladan (syakhsiyah da’iyah murobbiyah mutamayyizah)

¨      Menjadi pribadi bersih, peduli, professional dan melayani (syakhsiyah ijtimaiyah)

¨      Menjadi politisi bermoral (syakhsiyah dauliyah) yang siap menjadi pelopor perubahan.

  • Menciptakan pusat ilmiah internasional yang didedikasikan untuk pengetahuan islam.

3. Aspek Sosial

Islam adalah agama yang peduli terhadap masalah sosial. Islam berupaya untuk membentuk manusia yang shalih dan menciptakan pribadi yang shalih pula. Bahkan, Islam berpandangan bahwa keshalihan masyarakat (sosial) mutlak diperlukan demi keshalihan individu. Islam tidak menyetujui adanya manusia yang menyendiri dan mengasingkan diri dari masyarakat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aspek sosial ini adalah:

  • Perhatian terhadap masalah kepemudaan yang merupakan generasi penerus.
  • Perhatian terhadap masalah perempuan agar mereka kembali kepada fitrah dan tugas mereka yang sesungguhnya dan yang mulia, yaitu sebagai gadis yang sopan istri yang shalihah dan ibu yang utama.
  • Menentang perilaku lelaki yang menyerupai perempuan dan sebaliknya.

4. Aspek Ekonomi.

Islam membentuk aturan ekonomi dan mengakui kepemilikan pribadi, karena hal itu merupakan naluri manusia. Namun, Islam meletakkan aturan dan batasan dalam memperoleh harta. Salah satu rukun Islam juga berhubungan dengan masalah ekonomi, yaitu zakat. Dan salah satu dosa besar adalah riba. Jadi sangat penting untuk menanamkan pemahaman kepada masyarakat agar menjauhi riba dan sebisa mungkin melakukan kegiatan ekononominya dengan ekonomi Islam. Ekonomi Islam itu berbeda dengan Ekonomi Liberal, ataupun sosialisme. Bukan pula sintetis dari kedua ekonomi tersebut, seperti yang terjadi di Jerman, Mazhab ekonominya adalah gabungan antara liberalism dan sosialisme. Tapi Ekonomi Islam itu tidak demikian.

5.  Aspek politik

  • Menjauhkan dari infiltrasi pemikiran barat yang berprinsip atas sekularisme, pemisahan agama dan negara. Selanjutnya berusaha kembali kepada pemikiran Islam yang murni.
  • Dalam Islam, politik tidak terpisah dari akidah, syariat dan akhlak. Semuanya saling berkaitan.
  • Mengoptimalkan kemampuan dalam hukum Islam, udang-undang, dan politik untuk merealisasikan sebuah undang-undang Islam.
  • Memilih poilitisi yang bisa dipercaya dalam menjalankan tugasnya dengan baik.
  • Seorang politisi dan wakil rakyat yang diangkat haruslah mereka yang memiliki integritas dan komitmen tinggi terhadap Islam.

Peran pemikiran yang mereka lancarkan sebenarnya adalah pemikiran yang lemah dan tidak berarti apa-apa jika landasan iman dan pengetahuan kita tentang islam telah kuat. Karena sesungguhnya akal manusia selamanya tak akan mampu mengalahkan wahyu yang datang dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Wallahu a’lam bish showab.

-Yoga Pratama-Gambar

…………………………

Daftar referensi:

 

Penyesatan Opini: Adian Husaini, M. A

Konsep Islam Solusi Utama Bagi Umat: DR. Yusuf Al Qardhawi

Quantum Tarbiyah: Solikhin Abu Izzudin

http://firmanazka.blogspot.com

Home

By yogajustice313 Dikirimkan di Dakwah Dengan kaitkata